Sabtu, 14 Februari 2009

PEDULI DAN MELAYANI


(SDIT) BAITURRAHMAN

MODEL PENDIDIKAN ANAK MASA DEPAN
MEMADUKAN PERKEMBANGAN IQ – EQ – SQ


Bismillahirrohmanirrohim
Dan hendaklah kalian khawatir seandainya meninggalkan anak-anak keturunan yang lemah, yang hidup sesudah kalian....” (Q.S. An-Nisa : 9)

Masa depan bangsa dan agama sangat bergantung kepada Sumber Daya Insani (SDI) yang berkualitas, memiliki kepribadian yang utuh, keteguhan iman kepada Allah sekaligus keunggulan akal dalam menguasai ilmu dan tehnologi, atau dengan kata lain insan yang seimbang antara kemampuan Inteligent Quotion (IQ), Emotional Inteligent (EQ) dan Spiritual Inteligent. SDI yang demikian itu hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam, dengan manhaj Rabbani yang sempurna dan utuh. Islam tampil sebagai Addien yang penuh dengan nilai Tarbiyah Rabbaniyah.

Yayasan BAITURRAHMAN Perumnas III melakukan inovasi pendidikan mengacu kepada Sekolah Terpadu, mengintegrasikan seluruh aktivitas, kurikulum, waktu belajar, target dan tujuan pendidikan. Berusaha mengintegrasikan semua pembelajaran umum dengan pesan-pesan dan isyarat Rabbaniyah (Islami). Kita meyakini bahwa “ Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan…(Q.S. Al-Mujadalah : 11)

KEBUTUHAN PENDIDIKAN
Bila manusia itu dapat menjadi “manusia” dalam arti yang sesungguhnya hanya melalui pendidikan, maka pendidikan itu menjadi hak azazi setiap orang, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, ningkat ataupun bukan.
Pendidikan menjadi kunci agar orang dapat menjadi “manusia”, utamanya menyangkut etika dan moral. Karena itulah manusia membutuhkan pendidikan dan guru. Pepatah Arab mengatakan “seandainya tidak ada guru, maka jadilah manusia tak ubahnya bagaikan hewan”.
Alangkah pentingnya pendidikan, terutama pendidikan moral dan etika yang menghantarkan manusia memahami harkat dan martabatnya. Potensi pikir atau kecerdasan manusia membutuhkan pendidikan dan pengajaran guna memahami nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, seperti sopan santun, tenggang rasa, ramah tamah, sportifitas, kedermawanan, dan sebagainya.
Pendidikan akan menghantarkan manusia menjadi berbudaya, berbudi pekerti tinggi, beretika dan bermoral sebagai manusia. Sudah banyak bukti bangsa-bangsa yang agung dan berbudaya tinggi karena pendidikan menjadi prioritas utama dan dilaksanakan dengan baik, di sekolah maupun di rumah-rumah. Kita tentu masih mengingat bagaimana masyarakat Islam di zaman Rasulullah saw sampai zaman akhir kekhilafahan Islam di Kordova, Spayol.
HAK YANG SAMA
Fenomena yang membuat hati menjadi miris adalah kesempatan memperoleh pendidikan bermutu semakin sempit utamanya bagi siswa dari golongan sosial ekonomi kelas bawah. Pendidikan yang baik dan bermutu masih terlalu mahal, sehingga hanya dinikmati oleh kelompok sosial ekonomi menengah keatas, karena membutuhkan biaya tinggi,  sementara menengah kebawah harus rela menerima pendidikan gratis dengan mutu seadanya dan guru-guru yang asal menunaikan tugas mengajar.
Sehingga anak-anak golongan miskin akan menjadi kurang terdidik dan kurang terampil, dewasanya nanti akan mendapatkan pekerjaan level bawah, sehingga dalam mendapatkan income-pun tidak akan jauh dari orangtua mereka. Dapat dikatakan orang miskin akan melahirkan anak keturunan yang miskin. Inilah yang dinamakan kemiskinan struktural.
Kalau pendidikan bermutu itu adalah hak setiap orang, maka fenomena diatas menjadi tanggung jawab siapa? Banyak bukti menunjukkan tidak sedikit siswa dari keluarga miskin memiliki potensi luar biasa yang dapat dikembangkan guna menjadi pemimpin masa depan bangsa ini. Tidak seharusnya bibit-bibit unggul tersia-siakan hanya karena berasal dari keluarga tidak mampu. Siapa yang memilih dilahirkan dari keluarga kurang mampu?
PILIHAN BAITURRAHMAN
Sejak awal berdiri tahun 2003, SDIT Baiturrahman memiliki komitmen pendidikan untuk semua, semua golongan dan semua lapisan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmad tarmizi, selaku Direktur Pendidikan, dulu banyak orang bertanya, Baiturrahman ini termasuk muhammadiyah atau NU. Pertanyaan ini dijawab Baiturrahman ini Islam, tidak NU, tidak Muhammadiyah, dan juga tidak lainnya.
Dijelaskan lebih lanjut, Baiturrahman ingin menjadikan lingkungan sekolah tidak jauh berbeda dengan keadaan masyarakat yang sebenarnya, dimana masyarakat hidup terdiri dari berbagai kelas sosial ekonomi, mulai kelas bawah, menengah dan kelas atas. Keadaan ini harus tergambar di sekolah sehingga akan terbiasa dengan kondisi real kehidupan masyarakat yang beragam. Dari aspek pendidikan hal ini bukan berarti tidak memiliki hikmah dan tujuan.
Hikmah dari kehidupan yang beragam itu adalah akan menstimulasi dan merangsang perkembangan potensi afeksi siswa. Beberapa kejadian siswa Baiturrahman ingin memberikan beasiswa (berupa pembebasan SPP) yang diterimanya kepada temannya, dengan alasan temannya tersebut lebih membutuhkan ketimbang dirinya. Ini adalah suatu pendidikan kepribadian yang berlangsung secara alami dalam kehidupan anak. Bayangkan andai Baiturrahman hanya seragam, hanya terdiri dari kelas sosial ekonomi menengah keatas saja, dapatkan pendidikan afektif semacam ini berlangsung?
Ketua yayasan Baiturrahman,  A. Syarifudin sering mengungkapkan, kita sekarang ini membutuhkan kader-kader umat yang mampu menjadi perekat, bukan pemecah belah. Kita ingin siswa-siswa kita kelak menjadi pemimpin semua golongan, bukan hanya golongan tertentu, karena itu mereka harus dibiasakan dengan perbedaan, juga tidak memperuncing perbedaan kecil (furuiyah) yang memang wajar ada dalam kehidupan umat. Oleh sebab itu kita konsisten memahamkan siswa tentang perbedaan, biarkan mereka terbiasa dengan perbedaan. Perbedaan itu wajar ada tapi tidak untuk dipertentangkan.
Sebagaimana Al-Qur’an menganjurkan umat Islam berpegang teguh pada agama Allah, tapi Al-Qur’an juga melarang umat umat Islam berpecah belah, sebab pecah belah akan menggerogoti kekuatan umat Islam yang pada saatnya kita lemah maka musuh dengan mudah mengalahkan kita.
Mengatasi adanya perbedaan sosial ekonomi orangtua wali murid, maka dibikin suatu sistem yang dinamakan sistem Anak Asuh dan Orangtua Asuh. Dalam sistem penerimaan siswa baru di SDIT ini sudah menetapkan kebijakan yang mempertimbangkan sosial ekonomi masyarakat.
Pertama, siswa yang berminat bersekolah disini harus mengikuti tes seleksi guna mengetahui potensi dan kematangannya.
Kedua, siswa yang dinyatakan lolos seleksi, orangtuanya dipanggil untuk mengikuti wawancara guna menentukan kesanggupan memberikan biaya pendidikan. Dalam hal ini orangtua dapat bernegosiasi dengan yayasan, yang dibutuhkan adalah kejujuran, sebab tidak bisa dipungkiri mengelola suatu lembaga pendidikan yang bermutu membutuhkan biaya tidak sedikit.
Namun dilihat dari tahun ke tahun cukup banyak orangtua yang terbuka menyampaikan ketidak mampuan secara ekonomi, maka bisa jadi akan dikurangi pembiayaannya atau bahkan gratis sama sekali, apalagi anak yatim, yang penting anak tersebut harus lolos seleksi terlebih dahulu.
Untuk itu Baiturrahman juga menawarkan kepada orangtua siswa yang lain menjadi orangtua asuh yang besar kecil nominalnya tidak dibatasi sehingga terjadi subsidi silang antara orangtua wali murid. Ada yang Rp 5.000,- perbulan atau Rp 15.000,- tapi ada juga yang Rp. 50.000,- bahkan lebih.
MEMBANGUN SEKOLAH YANG ALAMI
Mulai tahun ini, SDIT Baiturrahman berencana membangun gedung yang berlantai tiga, hal ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Diharapkan semakin banyak lokal kelas tersedia akan semakin besar peluang siswa dari keluarga menengah kebawah berkesempatan mengenyam pendidikan disini. Para donator, penyumbang yang berinfak shodaqoh jariyah akan dilaporkan dalam BM ini disetiap terbitnya.
Semestinya sekolah-sekolah besar yang dikelola hanya untuk siswa kelas menengah keatas memberikan sumbangsih dana kepada sekolah yang melayani siswa dari kelas menengah bawah agar juga bisa mengembangkan pendidikan bermutu, hal itu sebagai wujud kepeduliannya terhadap pendidikan yang berkeadilan, tapi kapan hal itu akan terjadi?
Guru harus adil dalam memberiakan pendidikan kepada siswa, dan anakpun memperoleh pendidikan secara adil, tak peduli dari sosial ekonomi apa dia berasal. Pendidikan bermutu harus terus dikembangkan sebab kualitas pendidikan hari ini akan menentukan kualitas bangsa ini di masa depan.