(SDIT) BAITURRAHMAN MODEL PENDIDIKAN ANAK MASA DEPAN MEMADUKAN PERKEMBANGAN IQ – EQ – SQ Bismillahirrohmanirrohim “Dan hendaklah kalian khawatir seandainya meninggalkan anak-anak keturunan yang lemah, yang hidup sesudah kalian....” (Q.S. An-Nisa : 9)
Masa depan bangsa dan agama sangat bergantung kepada Sumber Daya Insani (SDI) yang berkualitas, memiliki kepribadian yang utuh, keteguhan iman kepada Allah sekaligus keunggulan akal dalam menguasai ilmu dan tehnologi, atau dengan kata lain insan yang seimbang antara kemampuan Inteligent Quotion (IQ), Emotional Inteligent (EQ) dan Spiritual Inteligent. SDI yang demikian itu hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam, dengan manhaj Rabbani yang sempurna dan utuh. Islam tampil sebagai Addien yang penuh dengan nilai Tarbiyah Rabbaniyah.
Yayasan BAITURRAHMAN Perumnas III melakukan inovasi pendidikan mengacu kepada Sekolah Terpadu, mengintegrasikan seluruh aktivitas, kurikulum, waktu belajar, target dan tujuan pendidikan. Berusaha mengintegrasikan semua pembelajaran umum dengan pesan-pesan dan isyarat Rabbaniyah (Islami). Kita meyakini bahwa “ Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan…(Q.S. Al-Mujadalah : 11)
Bila manusia itu
dapat menjadi “manusia” dalam arti yang sesungguhnya hanya melalui pendidikan,
maka pendidikan itu menjadi hak azazi setiap orang, kaya atau miskin, pejabat
atau rakyat, ningkat ataupun bukan.
Pendidikan
menjadi kunci agar orang dapat menjadi “manusia”, utamanya menyangkut etika dan
moral. Karena itulah manusia membutuhkan pendidikan dan guru. Pepatah Arab
mengatakan “seandainya tidak ada guru, maka jadilah manusia tak ubahnya
bagaikan hewan”.
Alangkah
pentingnya pendidikan, terutama pendidikan moral dan etika yang menghantarkan
manusia memahami harkat dan martabatnya. Potensi pikir atau kecerdasan manusia
membutuhkan pendidikan dan pengajaran guna memahami nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat, seperti sopan santun, tenggang rasa, ramah tamah, sportifitas,
kedermawanan, dan sebagainya.
Pendidikan akan
menghantarkan manusia menjadi berbudaya, berbudi pekerti tinggi, beretika dan
bermoral sebagai manusia. Sudah banyak bukti bangsa-bangsa yang agung dan
berbudaya tinggi karena pendidikan menjadi prioritas utama dan dilaksanakan
dengan baik, di sekolah maupun di rumah-rumah. Kita tentu masih mengingat
bagaimana masyarakat Islam di zaman Rasulullah saw sampai zaman akhir
kekhilafahan Islam di Kordova, Spayol.
HAK YANG SAMA
Fenomena yang
membuat hati menjadi miris adalah kesempatan memperoleh pendidikan bermutu
semakin sempit utamanya bagi siswa dari golongan sosial ekonomi kelas bawah. Pendidikan
yang baik dan bermutu masih terlalu mahal, sehingga hanya dinikmati oleh
kelompok sosial ekonomi menengah keatas, karena membutuhkan biaya tinggi, sementara menengah kebawah harus rela
menerima pendidikan gratis dengan mutu seadanya dan guru-guru yang asal
menunaikan tugas mengajar.
Sehingga
anak-anak golongan miskin akan menjadi kurang terdidik dan kurang terampil,
dewasanya nanti akan mendapatkan pekerjaan level bawah, sehingga dalam
mendapatkan income-pun tidak akan jauh dari orangtua mereka. Dapat dikatakan
orang miskin akan melahirkan anak keturunan yang miskin. Inilah yang dinamakan
kemiskinan struktural.
Kalau pendidikan
bermutu itu adalah hak setiap orang, maka fenomena diatas menjadi tanggung
jawab siapa? Banyak bukti menunjukkan tidak sedikit siswa dari keluarga miskin
memiliki potensi luar biasa yang dapat dikembangkan guna menjadi pemimpin masa
depan bangsa ini. Tidak seharusnya bibit-bibit unggul tersia-siakan hanya
karena berasal dari keluarga tidak mampu. Siapa yang memilih dilahirkan dari keluarga
kurang mampu?
PILIHAN BAITURRAHMAN
Sejak awal
berdiri tahun 2003, SDIT Baiturrahman memiliki komitmen pendidikan untuk semua,
semua golongan dan semua lapisan masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh
Ahmad tarmizi, selaku Direktur Pendidikan, dulu banyak orang bertanya,
Baiturrahman ini termasuk muhammadiyah atau NU. Pertanyaan ini dijawab
Baiturrahman ini Islam, tidak NU, tidak Muhammadiyah, dan juga tidak lainnya.
Dijelaskan lebih
lanjut, Baiturrahman ingin menjadikan lingkungan sekolah tidak jauh berbeda
dengan keadaan masyarakat yang sebenarnya, dimana masyarakat hidup terdiri dari
berbagai kelas sosial ekonomi, mulai kelas bawah, menengah dan kelas atas.
Keadaan ini harus tergambar di sekolah sehingga akan terbiasa dengan kondisi real
kehidupan masyarakat yang beragam. Dari aspek pendidikan hal ini bukan berarti
tidak memiliki hikmah dan tujuan.
Hikmah dari
kehidupan yang beragam itu adalah akan menstimulasi dan merangsang perkembangan
potensi afeksi siswa. Beberapa kejadian siswa Baiturrahman ingin memberikan
beasiswa (berupa pembebasan SPP) yang diterimanya kepada temannya, dengan
alasan temannya tersebut lebih membutuhkan ketimbang dirinya. Ini adalah suatu
pendidikan kepribadian yang berlangsung secara alami dalam kehidupan anak. Bayangkan
andai Baiturrahman hanya seragam, hanya terdiri dari kelas sosial ekonomi menengah
keatas saja, dapatkan pendidikan afektif semacam ini berlangsung?
Ketua yayasan
Baiturrahman, A. Syarifudin sering mengungkapkan,
kita sekarang ini membutuhkan kader-kader umat yang mampu menjadi perekat,
bukan pemecah belah. Kita ingin siswa-siswa kita kelak menjadi pemimpin semua
golongan, bukan hanya golongan tertentu, karena itu mereka harus dibiasakan
dengan perbedaan, juga tidak memperuncing perbedaan kecil (furuiyah) yang
memang wajar ada dalam kehidupan umat. Oleh sebab itu kita konsisten memahamkan
siswa tentang perbedaan, biarkan mereka terbiasa dengan perbedaan. Perbedaan
itu wajar ada tapi tidak untuk dipertentangkan.
Sebagaimana
Al-Qur’an menganjurkan umat Islam berpegang teguh pada agama Allah, tapi
Al-Qur’an juga melarang umat umat Islam berpecah belah, sebab pecah belah akan
menggerogoti kekuatan umat Islam yang pada saatnya kita lemah maka musuh dengan
mudah mengalahkan kita.
Mengatasi adanya
perbedaan sosial ekonomi orangtua wali murid, maka dibikin suatu sistem yang
dinamakan sistem Anak Asuh dan Orangtua Asuh. Dalam sistem penerimaan siswa
baru di SDIT ini sudah menetapkan kebijakan yang mempertimbangkan sosial
ekonomi masyarakat.
Pertama, siswa
yang berminat bersekolah disini harus mengikuti tes seleksi guna mengetahui
potensi dan kematangannya.
Kedua, siswa
yang dinyatakan lolos seleksi, orangtuanya dipanggil untuk mengikuti wawancara
guna menentukan kesanggupan memberikan biaya pendidikan. Dalam hal ini orangtua
dapat bernegosiasi dengan yayasan, yang dibutuhkan adalah kejujuran, sebab
tidak bisa dipungkiri mengelola suatu lembaga pendidikan yang bermutu
membutuhkan biaya tidak sedikit.
Namun dilihat
dari tahun ke tahun cukup banyak orangtua yang terbuka menyampaikan ketidak
mampuan secara ekonomi, maka bisa jadi akan dikurangi pembiayaannya atau bahkan
gratis sama sekali, apalagi anak yatim, yang penting anak tersebut harus lolos
seleksi terlebih dahulu.
Untuk itu
Baiturrahman juga menawarkan kepada orangtua siswa yang lain menjadi orangtua
asuh yang besar kecil nominalnya tidak dibatasi sehingga terjadi subsidi silang
antara orangtua wali murid. Ada yang Rp 5.000,- perbulan atau Rp 15.000,- tapi
ada juga yang Rp. 50.000,- bahkan lebih.
MEMBANGUN SEKOLAH YANG ALAMI
Mulai tahun ini,
SDIT Baiturrahman berencana membangun gedung yang berlantai tiga, hal ini membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Diharapkan semakin banyak lokal kelas tersedia akan
semakin besar peluang siswa dari keluarga menengah kebawah berkesempatan
mengenyam pendidikan disini. Para donator, penyumbang yang berinfak shodaqoh
jariyah akan dilaporkan dalam BM ini disetiap terbitnya.
Semestinya
sekolah-sekolah besar yang dikelola hanya untuk siswa kelas menengah keatas
memberikan sumbangsih dana kepada sekolah yang melayani siswa dari kelas
menengah bawah agar juga bisa mengembangkan pendidikan bermutu, hal itu sebagai
wujud kepeduliannya terhadap pendidikan yang berkeadilan, tapi kapan hal itu
akan terjadi?
Guru harus adil dalam memberiakan pendidikan kepada siswa, dan anakpun memperoleh pendidikan secara adil, tak peduli dari sosial ekonomi apa dia berasal. Pendidikan bermutu harus terus dikembangkan sebab kualitas pendidikan hari ini akan menentukan kualitas bangsa ini di masa depan. |
Empat Lawang Memasuki Babak Baru
6 tahun yang lalu